Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar kata “tua” di tengah hingar-bingar kehidupan kemodernan ? Jangan salah sangka dulu. Belum tentu yang tua itu selalu yang terlupa. Tak berlebihan rasanya jika ada pepatah mengatakan bahwa “old is gold” karena wisata kota tua yang ada di Indonesia ini, terbukti sangat layak untuk dikunjungi.
Bagai melompat keluar dari dunia modern yang
serba penuh tuntutan, berwiasata ke kota tua seolah mengajak pengunjung
menyelami kembali nilai-nilai kesederhanaan yang mendorong kita menjadi lebih
arif dan bijaksana. Sambil wisata ke kota tua, mending sekalian cari daftar harga tiket pesawat murah ke kota
yang masih mempertahankan kota tuanya.
Tempat-tempat ini pun cocok bagi kalian penganut old-fashioned lifestyle yang
keranjingan berfoto. Lalu, dimana sajakah kota-kota tua tersebut tersembunyi?
- Kota Tua Jakarta
Mungkin kota tua yang satu ini sudah tak asing
bagi mereka pecinta wisata kota tua. Mengingat letaknya yang berada di ibukota
negara, tentu saja tak sulit untuk menjangkaunya. Banyak sekali bangunan tua bergaya Eropa peninggalan masa
penjajahan Belanda yang masih terawat dengan baik hingga saat ini tetap berdiri
kokoh di wilayah seluas 846 hektar yang membentang dari Jakarta Utara ke
Jakarta Selatan.
Dibatasi oleh pelabuhan Sunda Kelapa dibagian
Utara, Gedung Candranaya sebagai batas Selatan, serta sungai sebagai batas
Timur dan Barat, Kota Tua Jakarta memberikan pengalaman yang berbeda dari objek
wisata lain wilayah ibukota. Uniknya, di kawasan Kota Tua Jakarta pengunjung
tidak hanya bisa berburu foto di bangunan tua saja.
Bagi mereka yang tidak begitu menyukai
foto-foto, bisa berkunjung ke beberapa objek pariwisata yang masih dalam satu
kawasan dengan Kota Tua Jakarta. Objek pariwisata lain yang memadati kawasan
bernuansa klasik ini antara lain Taman Fatahillah. Taman yang pada masa
penjajahan VOC abad 18 berfungsi sebagai sumber air utama bagi masyarakat ini
tentu bisa membawa pengunjung bernostalgia pada masa dimana Jakarta belum
sebising saat ini.
Setelah mengunjungi taman, pengunjung juga bisa
mengunjungi beberapa museum unik yang memamerkan koleksinya dengan sentuhan
klasik yang memikat seperti, Museum Sejarah Jakarta yang beralamat di JL. Taman
Fatahillah No. 1, Museum Wayang di JL. Pintu Besar Utara No. 27, Museum Seni
Rupa dan Keramik di JL. Pos Kota No. 2. Selanjutnya, pengunjung juga bisa
mengunjungi stasiun tua Beos yang memiliki banyak versi asal-usul namanya.
Stasiun ini dulunya punya peran penting yang sebagai transportasi penghubung
antara Jakarta dengan kota-kota disekitarnya.
Masih berhubungan dengan fasilitas umum zaman
dulu, ada sebuah jembatan yang wajib anda kunjungi juga, yaitu: Jembatan Kota
Intan. Jembatan kayu yang dibangun pada tahun 1628 ini memiliki banyak nama
seiring perkembangannya. Keliling kota tua bisa sambil lihat di aplikasi kamu
daftar harga tiket pesawat murah ke luar negeri sekaligus.
Pada awal pembangunannya, jembatan ini disebut
Jembatan Inggris, kemudian VOC mengubahnya menjadi Middlepunt Burg yang berarti
Jembatan Pusat. Sejak saat itu, setiap kali mengalami perbaikan, nama jembatan
tersebut pun ikut berubah seperti Jembatan Pasar Ayam (1655), Jembatan Juliana
(1938), hingga pada akhirnya saat kemerdekaan tiba nama tersebut berubah
menjadi namanya saat ini karena menghubungkan kota Intan Timur dan Barat. Itu
hanya beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi dalam kawasan Kota Tua
Jakarta, dan masih banyak lainnya.
Buat yang mau keliling kota tua Jakarta,
sebenarnya masih banyak tempat wisata lain misalnya kawasan Pecinan Glodok yang
juga tak kalah menarik. Apalagi sembari menyusuri wisata kuliner legendarisnya.
Nah, biar enggak kecapean di jalan iseng aja cek daftar hotel di Jakarta di Reservasi.com yang
paling dekat dengan kota tua atau daerah pecinan Glodok supaya kamu gak perlu
repot mau wisata ke kota tua tanpa harus cari angkutan yang terlalu jauh.
- Kota Tua Surabaya
Setelah mengulas menariknya kota tua di ibukota
negara, kini mari beralih mengulik kota tua di Kota Pahlawan. Tak lengkap
memang ketika mengunjungi kota Pahlawan tanpa mengenang kembali sejarahnya di
masa lalu melalui saksi bisu berupa bangunan-bangunan tua yang masih berdiri dengan
karismanya yang menggoda di kota tua Surabaya. Di kota ini, gedung-gedung tua
peninggalan zaman penjajahan masih banyak yang berdiri kokoh tanpa adanya
perubahan berarti dari segi bentuk dan pemanfaatannya.
Sebut saja, gedung pemerintahan gubernur Jawa
Timur Gedung Negara Grahadi yang biasa disebut dengan Gedung Grahadi. Gedung
yang berlamat di JL. Gubernur Suryo, Surabaya ini pada awal pembangunanannya
hingga saat ini tetap digunakan sebagai gedung pemerintahan gubernur. Saat itu,
pada zaman penjajahan Belanda Gedung Grahadi digunakan sebagai kantor
Gouvernour kemudian berubah menjadi gedung Syuuco saat pendudukan Jepang,
hingga saat ini disebut Gedung Grahadi.
Masih berkutat dengan gedung pemerintahan, siapa
yang menyangka bahwa balai kota yang saat ini digunakan walikota kota Surabaya
pun merupakan gedung peninggalan zaman penjajahan. Seperti Gedung Grahadi,
gedung yang berada di JL. Walikota Mustajab, Suarabaya ini pun sejak awal
pembangunan sudah digunakan sebagai kantor walikota. Awalnya, gedung yang
dibangun pada tahun 1923 ini oleh penjajah Belanda disebut sebagai Staadhuis te
Soerabaia yang difungsikan sebagai kantor walikota. Seiring perkembangan zaman,
gedung ini tidak mengalami perubahan fungsi yang hingga saat ini masih
berfungsi dengan baik sebagai kantor walikota.
Tak
hanya bisa menikmati gedung-gedung tua saksi sejarah soal pemerintahan yang
tentu saja tidak bisa dengan leluasa dijelajahi karena mashi berfungsi
sebagaimana mestinya, di kota tua ini pengunjung bisa berburu foto epik di
beberapa spot unik yang menarik seperti di Jl. Gula. Meski kondisi
bangunan-bangunan tua disini tidak begitu terawat karena sudah tidak
difungsikan lagi, lokasi ini jadi tempat favorit untuk pre-wedding.
keren banget nih
ReplyDelete